Leeman fong sendiri juga membuat buku sendiri yang berisi kumpulan lukisannya, diterbitkan dalam buku Lee Man Fong: Oil Paintings, volume I dan II dan diterbitkan oleh museum Art Retreat. Buku ini ditulis oleh kritikus seni Indonesia Agus Dermawan T., sementara seleksi karya dilakukan oleh Siont Tedja. Kedua buku yang keseluruhannya berisi 700
Alamakan selalu menjadi inspirasi bagi pelukis. Alam menyediakan banyak ruang bagi pelukis untuk dieksplorasi dan dengan segala keindahannya maupun kemisteriusannya, alam selalu memancarkan pesona yang tak habis untuk digali. Salah satu bagian alam yang kerap menjadi objek lukisan adalah laut. Dengan luas yang masif dan menutupi sebagian besar
Treeof Crowns (Pohon Mahkota), 1822. Motif alam di lukisan Caspar David Friedrich sering menggambarkan kerinduan, nostalgia, dengan sentuhan kesedihan. Pelukis muda itu dikatakan punya dorongan
Karyakarya Lukisan Spontanitas dan Ekspresif yang ditampilkan oleh para Pelukis berpengaruh di Eropa seperti; Vincent van Gogh, Edward Munch, dan James Ensor pada akhir dekade 1880-an, mengilhami para seniman lukis lainnya untuk menciptakan kejutan baru pada seni lukis.. Ekspresionisme adalah aliran seni yang mendistorsi kenyataan objek seni dengan efek emosional untuk menghadirkan dunia
Karyanyabanyak bertemakan perjuangan Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Beberapa karya beliau yang tersohor diantaranya Cap go meh, Pasukan Kita, Wanita di Atas Bukit dan lain-lain. Popo Iskandar. Pelukis Indonesia selanjutnya yakni Popo Iskandar, lahir pada 18 Desember 1926 dan meninggal tanggal 29 Januari 2000.
Bacajuga: 10 Jenis Aliran Lukisan Beserta Biografi Pelukis Luar Negeri. Salah satu lukisan beraliran naturalisme karya Jean-François Millet, The Gleaners. 1. Alfredo Volpi. Alfredo Volpi adalah pelukis aliran naturalisme Brazil yang lahir di Italia pada tanggal 14 April 1896. Lukisan pertamanya dilukis saat berusia 12 tahun.
Widayatlahir di Kutoarjo - Jawa Tengah pada tahun 1923. Ia masuk Sekolah Dasar Belanda pada waktu itu namanya H.I.S ( Hollands Inlandsche School ) sekolah untuk kaum pribumi dengan pengantar bahasa Belanda. Setelah tamat tahun 1937 dari H.I.S. Trenggalek, Widayat pindah ke Bandung untuk melanjutkan sekolahnya di Sekolah Kejuruan Menengah yang
namaRuang Baca Popo Iskandar (RBPI). Di salah satu ruangan GSPI, yaitu RBPI, penulis menemukan beberapa karya Popo Iskandar yang juga dipajang pada dinding ruangan tersebut. Berbeda dengan karya yang dipamerkan pada ruangan museum akan berbeda dengan estetika lukisan, patung atau karya lainnya karena media . 3 Riani Dea Pratiwi, 2017 Pameranlukisan karya Popo Iskandar, Jakarta, 1992. [TEMPO/ Sony Soemarsono; 13D/332/1992; 20021230]. Lkg6W.